Jumat, 17 Oktober 2008

Agar Hobi Menghasilkan Uang

Hobi mengerjkkan sesuatu memang mengasikan. Tapi hati-hati, jika Anda suami atau istri, mengerjakan hobi yang tidak dibicarakan secara terbuka dengan pasangan hidupnya bisa menimbulkan konflik. Hobi yang seharusnya mengasyikkan malah bisa mendatangkan konflik rumah tangga.
Seorang suami pernah mengeluh kepada seorang konsultan keuangan mengenai hobbi sang istri yang membuatnya pusing tujuh keliling. Pasalnya dalam melaksanakan hobinya, sang istri kerap ‘menguras’ kantong sang suami. Hobi sang istri adalah membuat pernik-pernik.
Bagaimana supaya hobi dapat dilakukan dengan menyenangkan? Inilah solusinya.

1. Apabila hobi tersebut berkonsekuaaensi terhadap keuangan rumah tangga, sebaiknya hal itu dibicarakan secara terbuka. Jika Anda seorang suami, Anda harus pula sadari bahwa rumah memang menjadi indah dan sebagai istri yang lebih banyak berada dirumah memerlukan suasana yang membuatnya betah menurut ukurannya.


2. Rencanakan keuangan keluarga dan kebutuhan yang ingin dicapai dalam waktu 5 tahun ke depan. Coba hitungulang nilai uang yang sudah dikeluarkan untuk hobi tersebut, lalu umpamakan seluruh atau sebagain dari nilai tersebut digunakan untuk tujuan lain seperti tabungan dan investasi, berapa imbal hasil yang dapat di peroleh, denagan harapan bahwa nilai tabungan masa depan keluarga.


3. Jika uang untuk hobi tersebut digunakan untuk program pendidikan anak asuh, berpa anak asuh yang bisa dibiayai. Atau jika digunakan sebagai wakaf tunai, berapa besar nilai pahalanya di dunia dan akhirat yang diperoleh.


4. Apabila hobi tersebut lebih terfokus pada pembuatan suatu karya/kreasi tertentu, mengapa tidak dicoba agar hobi tersebut dapat menghasilkan uang. Berikan modal kepada pasangan untuk berkreasi dan bantu pemasarannya seperti ikut kegitan bazar atau titikan kepada rekan yang mempunyai toko/galeri.


5. Apabila kreasi hasil dari hobi tersebut laku dijual pasti akan menambah kepercayaan diri bahwa kreasinya dapat di terima oleh masyarakat luas.

Kiat Mengajukan Modal ke Bank

Anda butuh modal dan harus pinjam ke bank? Sebelum berurusan dengan bank, ada baiknya Anda perhatikan hal-hal berikut ini. Pertama-tama tentukan dulu kebutuhan Anda. Kebutuhan apa yang anda inginkan untuk dibiayai bank.
Jika anda bedrstatus karyawan dan butuh uang untuk membeli rumah, kendaraan bernotor dan sebagainya lewt bank, tidaklah terlalu sulit. Sedangkan jika Anda seorang profesional dan pengusaha, syarat yang diajukan bank lebih kompleks.
Apabila yang Anda perlukan adalah suntikan untuk perputaran modal, misalnya untuk mengurangi utang dagang sehingga harga yang di dapat lebih murah, atau untuk memperbanyak inventori/persediaan barang barang, maka Anda harus mengajukanm kredit modal kerja, seperti rekening koran, kredit akseptasi dan sebagainya.
Sementara bila yang Anda butuhkan adalah pembayaran fixed asset seperti mesin, kendaraan, bangunan ruko, gudang dan lain-lain, Anda harus mengajukan kredit investasi.
Hal lain yang harus di perhatikan estimasikan kemampuan pembayaran (payback) Anda. Dari laporan keuangan atau gaji/pendatan yang Anda peroleh setiap bulannya, ambil titik aman bahwa besarnya kewajiban pembayaran tidak lebih besar dari 30 % penpatan bersihj Anda (DBR umum setiap bank adlah 30%-#%% dari total pendapatan).
Periksa pemenuhan syarat administrasi Anda. Apabila Anda karyawan, pastikan Anda telah bekerja di perusahaan Anda lebih dari Dua tahun masekipun ada juga bank yang menerapkan lebih dari itu.
Perhatikan data dan fisik jaminan Anda. Untuk dokumen pastikan sertifikat yang absah dan berlaku. Untuk SHGB pastikan jangka waktu berlakunya masih lama minimal tidak lebih dari jangka waktu kredit yang akan diajukan.
Pastikan Anda tidak memiliki cacat perbakan pada tahun berjalan. Saat Anda mengajukan kredit, bank memiliki jaringan data yang online di bawah jaringan server Bank Indonesia.
Yang tidak kalah penting, siapkan rekening tabungan atau giro yang mencerminkan pendapatan Anda, terutama sekali untuk first impressian bagi pihak bank. Bank akan lebih melihat data rekening Anda di banding data laporan keuangan atau gaji yang umumnya dapat direkyasa.
Apabila Anda sebagai pengusaha mengatakan bahwa omzet Anda per bulan Rp 100 juta, maka bank akan meminta keluar masuknya uang dalam rekening Anda minimal 80& dari jumlah omzet Anda. Bank akan melihat ke jumlah transaksi per bulannya, bukan saldonya.